Salafush Shalih Hanya Milik Salafi ?

salafiAda anggapan yang salah yang selama ini dipahami oleh sebagian orang bahwa di luar Jamaah Salafi berarti bukanlah pengikuti Salafush Shalih (orang-orang yang menyandarkan aqidahnya kepada Al-Quran dan Assunah serta pengikut generasi pertama dari kalangan sahabat dan tabi’in). Sama halnya dengan Muhammadiyah yang secara etimologis artinya pengikut Nabi Muhammad. Lantas apakah orang-orang di luar Muhammadiyah bukanlah pengikut Nabi Muhammad ? Inilah yang perlu diluruskan, janganlah kita terlalu terpaku dengan sebutan-sebutan secara bahasa yang hanya menjadi sebuah simbol, tapi marilah melihat hal ini dari segi hakekatnya.

Makna Salaf

Kata Salaf sering diucapkan. Maksudnya adalah generasi pertama dari kalangan sahabat dan tabi’in (generasi pasca sahabat) yang berada di atas fitrah (dien) yang selamat dan bersih dengan wahyu Allah. Mereka (salaf) menyandarkan aqidah kepada Alqur’an dan As sunnah yang suci. Pemikiran mereka belum ternodai dengan pemahaman-pemahaman filsafat asing. Mereka telah berlalu sebelum pengaruh filsafat-filsafat tersebut merusak kaum muslimin. Untuk mengetahui batasan Salaf, maka kita harus mengetahui batasan jaman dan manhaj mereka.

Batasan Jaman

Adapun batasan jaman mereka adalah tiga generasi yang pertama yang telah dipersaksikan oleh Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassallam. Untuk keutamaan mereka Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda, “Sebaik-baiknya kalian adalah generasiku (Sahabat) kemudian orang-orang sesudah mereka (tabi’in) kemudian orang-orang setelah mereka (tabi’ut tabi’in)” (Shahih al-Bukhary, kitab Syahadat dari sahabat Imran bin Husain). Demikian itu dikarenakan segala kebaikan yang ada pada diri mereka, dan di masa mereka kelompok-kelompok sesat belum menampakkan permusuhan dan belum menguasai kaum muslimin sebagaimana yang terjadi sesudah mereka tiada. Berarti yang dimaksud Salaf menurut tinjauan sejarah adalah para sahabat Nabi, kemudian tabi’in, kemudian orang-orang yang mengikuti mereka secara kebaikan.

Batasan Manhaj

Adapun batasan manhaj adalah orang-orang yang konsisten memegang prinsip-prinsip Alqur’an dan Assunnah, mengutamakan prinsip tersebut di atas prinsip-prinsip akal manusia dan mengembalikan semua permasalahan yang diperselisihkan kepada keduanya, berdasarkan firman Allah Subhanahu WaTa’ala, “Kemudian jika kalian berbeda pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Alqur’an) dan Rasulullah (Assunnah) jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya”(An Nisa:59). Inilah keistimewaan yang dimiliki oleh mereka (Ahlus Sunnah). Karena kelompok-kelompok yang menyelisihi mereka dengan berbagai macam bentuknya adalah tidak konsisten di atas manhaj (jalan) ini. Kelompok yang lain menolak sebagian hadits-hadits, walaupun hadits tersebut shahih dan mentakwilkan ayat-ayat yang sudah jelas dengan menyangka bahwa semuanya bertentangan dengan akal sebagaimana terjadi pada ayat-ayat dan hadits-hadits yang berkaitan dengan sifat-sifat Allah. Sebab tidak ada yang menetapkan secara dhahiriyah dan menafikan tasybih (penyerupaan kepada makhluknya) kecuali ulama Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka.

Allah SWT berfirman, “Orang-orang yang terdahulu lagi pertama-tama (masuk Islam) di antara orang-orang Muhajirin dan Anshor dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. Dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar”(At-Taubah:100) Orang-orang yang telah dijelaskan dalam ayat tersebut dengan sifat-sifatnya adalah Salafush Shalih. Adapun orang-orang (generasi) setelahnya dan menempuh jalan yang ditempuh mereka maka dinisbahkan kepada mereka dengan huruf “ya”, nisbahnya menjadi Salafi. Adapun orang-orang yang datang setelahnya dan tidak mengikuti jalan mereka, mereka adalah khalaf dan mereka bangga dengan keadaan yang demikian itu. Mereka memisahkan jalan mereka sendiri dari jalan Salaf, khususnya dalam hal menetapkan Sifat-sifat Allah. Bukti kongkrit yang demikian itu ada dalam makalah-makalah mereka yang menyatakan jalan Salaf adalah selamat dan jalan khalaf adalah a’alam (lebih berilmu) dan ahkam (lebih lurus). Makalah ini dan kebatilannya sangat mahsyur (terkenal). Dan juga dibawakannya makalah ini sebagai bukti pengakuan orang-orag khalaf bahwa mereka bukan di atas jalan Salaf, dan bahwasanya jalannya Khalaf lebih banyak ilmu dan lebih lurus.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah telah membatalkan ungkapan ini dan menetapkan bahwa jalan Salaf adalah menghimpun segala sifat-sifat yang baik. Maka dari itu JALAN MEREKA adalah ASLAM (SELAMAT), ‘ALAM (ILMIYAH), DAN AHKAM (LURUS).

Akhiru kalam, sekali lagi kita jangan terjebak pada simbol dan bahasa, akan tetapi selamilah lebih dalam apa dan siapa dibalik simbol dan bahasa tersebut. Itulah yang diajarkan dan disunnahkan oleh Rasulullah SAW. Jadi, harap dibedakan, mana salaf dan mana salafi.

Wallahu A’lam.

*) Dari Berbagai Sumber

10 Responses

  1. Islam is islam,knapa harus ada perpecahan,yg intinya smua sama aja,walaupun ada aliran2 sesat,yg dinyatakan sesat oleh jumhur umat islam..

  2. blog ini foto nya man? kok tidak ada?

  3. nasehat akh putra sebetulnya penting untuk orang/kelompok yang suka mengkotak-kotakan agama ini, menganggap kelompoknya paling benar dan yang lain salah. yang penting adalah memperbanyak belajar agama ini, serta mengamalkannya, sehingga kita bisa menjalani kehidupan kita seperti salafush sholeh.. Allahu ‘alam.

    • Belajar agama menurut pemahaman siapa…………………………………….harus jelas……………….kalau belajar agama sembarangan malah jadi aneh2 kanyak sekarang ini…………mustahil mau seperti salafus sholeh kalau kita lebih banyak urusan dunianya dari pada urusan akhiratnya………….

  4. Permasalahannya dari dulu sama. Pengakuan adalah satu hal, sedangkan kenyataan adalah hal berbeda. Mengaku salafi tidak menjamin pikiran, keyakinan, tindakan, dan akhlak seseorang seindah dan sebersih para Salafus Shaleh.
    Sebagaimana mengaku muslim, tidak selalu menunjukkan seseorang itu benar-benar sudah menerima, memahami, meyakini, dan mengamalkan Islam sebagaimana mustinya dalam seluruh aspek kehidupan.
    Mungkin, yang penting kita miliki adalah kejujuran. Jujurkah pengakuan kita itu? Apakah kita sanggup membuktikan pengakuan itu? Ataukah pengakuan itu hanya kata lain tazkiyah kepada diri sendiri. Atau semacam perkataan Iblis kepada Adam, “Aku lebih baik darinya”?
    Hanya Allah yang Mahatahu, siapakah di antara hamba-Nya yang paling bertakwa.

  5. Hmm…ttg suudzon…he he nampaknya justru saudara2 ku yang melabeli dirinya dengan “salaf” itu yang kebangetan suudzonnya 🙂
    Tentang Gaza…tentang amrozi….walah banyak.
    Saya sedang males aja berdebat dengan simbol2 ini.
    Lelah…

    • Wah ukhti Yenni lebih dzuuzon lagi sama saudara2 kita yg mengikuti manhaj salaf…………..tanpa alasan yang jelas…………………terus ukhti Yenni Manhajnya apa dong ?

  6. dari judulnya aja ana pengen jawab… OF COURSE NOT!

    perlu diketahui, yang dimaksud dengan pemahaman salaf tidaklah harus masuk dalam jamaah salaf. namun saat seseorang telah bermanhaj salaf, dia boleh/tidak menisbatkan dirinya, dan saya rasa itu tidaklah penting. manhaj salaf adalah manhajnya orang2 terbaik yang disebutkan nabi, jika kita bermanhaj salaf, itu sama artinya dengan “BACK TO THE NATURE” nya umat islam. mereka telah direkomendasikan sebagai umat terbaik yang menjaga keorisinilan agama ini, jadi mengapa harus mencari contoh yang lain. silahkan buak situs almanhaj.or.id
    jangan terburu su’udzon pada saudara sendiri akhi…..

  7. NU, muhammadiyah, salafi, wahabbi ,darul arqam, Hizbut tahrir, LDII…..

    apalah arti semua itu jika tugasny mengotak-kotakkan…

    lantas dibaw2 ke partai2 politik!!

    ah saya sudah enek kalau hanya perkara nama ISLAM saja baru sebatas dijadikan simbol atribut partai!!!! pokoknya ada islamnya! yang lain bilang pokoknya sistemnya islam!!! pokoknya harus tegakkan dirikan negara islam!!!! pokoknya ada gambar kabahnya!!! pokoknya dan pkoknya mengarah ke simbol2 islam!!!!!

    manusia seringkali silau akan kulit.. ya begitulah, mereka lupa akan akhlak kemuliaan islam..
    islam bukanlah kata-kata……..
    islam bukanlah syahadat yang terucap di bibir, islam bukanlah zikir yang terucap dan terlepas oleh lidah…..

    ISLAM ADALAH KESAKSIAN….
    Qolu balaa syahidna

    syahadat itu bukan sekedar ucapan bibir melainkan perjalanan spiritual yg amat jauh ditempuh….
    sepanjang kehidupan,….
    yg mengantar ke jalan yg luas lgi lurus….
    shirat al mustaqiin

    hingga ia mencapai suatu maqam ma’rifat……

    orang yg demikian, tidak mudah terkotak2 oleh suatu wadah organisasi islam..

    • Mohon Penjelasan maqam ma’rifat ya akhi ?

      Reply:
      Silahkan bertanya kepada yang lebih ahli, saya hanya menulis dari ilmu yang saya punya. Bisa jadi ada benarnya atau mungkin ada salahnya.

Leave a reply to Yenni Cancel reply